Galeri

Kamis, 21 Januari 2016

SEMINAR HIV/AIDS

sumber : aryasatya_FKIP-UIJ
KENALI ODHA,, SAYANGI ODHA

TOLAK HIV/AIDS !

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan lain-lain.

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan

atau obat untuk penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun.

Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar maupun tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain.
 

Karena AIDS bukan penyakit, AIDS tidak menular yang menular adalah HIV yaitu virus yang menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah cairan sperma dan cairan vagina, dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.


Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang terinfeksi HIV bisa saja tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas tetapi baru tampak pada tahap AIDS.

Ada empat cara penularan HIV. Pertama, melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa perlindungan atau menggunakan kontrasepsi (kondom). Cara kedua, HIV dapat menular melalui transfusi dengan darah yang sudah tercemar HIV. Cara ketiga, seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada bayi yang dikandung, itu tidak berarti HIV /AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan atau darah anaknya. Dan cara keempat adalah melalui pemakaian jarum suntik akufuntur, jarum tindik dan peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.

Kemungkinan penularan HIV melalui empat cara diatas tidak sama, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Ada satu kondisi lagi yang kondusif untuk penularan HIV/AIDS bila seseorang sudah terkena satu penyakit kelamin, penyakit kelamin yang dikenal umum adalah sifilis, gonore / GO, herpes dan chlanydia. Penderita penyakit diatas bisa membuat seorang rentan terhadap penularan HIV karena penyakit yang sudah ada padanya bisa menyebabkan infeksi saluran reproduksi, HIV bisa masuk dengan mudah melalui bagian yang sudah sakit.

Gejala-gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah masa inkubasi, yang biasanya berlangsung antara 5-7 tahun setelah terinfeksi. Selama masa inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan jumlah sel T semakin berkurang, kekebalan tubuh pun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit.

Masa inkubasi terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV masuk kedalam aliran darah, disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu berkisar antara 1-6 bulan, pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil yang negativ karena tes yang menditeksi anti body HIV belum dapat ditemukan, tetapi walaupn seseorang yang terinfeksi HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia dapat menularkan HIV kepada orang lain. Tahap kedua disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan gejala-gejala walaupun dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat dideteksi melalui tes. Kondisi ini bisa berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap inipun seseorang yang positif bisa menularkan HIVnya pada orang lain. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe yang menetap dibanyak bagian tubuh. Dan tahap keempat ditandai dengan kondisis seseorang yang sel T– 4 (sel darah putih sebagai pertahanan tubuh saat antigen masuk) pada dirinya sudah berada dibawah 200 / microliter sehingga muncul berbagai macam penyakit, terutama penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik. Sebenarnya infeksi oportunistik ini juga sudah sering muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia belum akan dikatakan dalam kondisi AIDS apabila sel T – 4 didalam darahnya masih diatas 200 / microliter.

WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam mendiagnosis AIDS, ada yang disebut gejala mayor dan gejala minorejala minor atau ringan antara lain :batuk kronis lebih dari satu bulan, bercak-bercak merah dan gatal dipermukaan kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter (infeksi yang disebabkan virus yang menggangu saraf) yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di sekujur tubuh. Gejala-gejala mayor antara lain : demam yang berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang-ulang maupun terus-menerus dan penurunan berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga bulan.

  1. Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat harus menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan bagaimana untuk menghindari atau mengurangi kebiasaan yang mendatangkan risiko terkena infeksi HIV. Program untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka, begitu juga bagi mereka yang tidak sekolah. Kebutuhan kelompok minoritas, orang-orang dengan bahasa yang berbeda dan bagi penderita tuna netra serta tuna rungu juga harus dipikirkan.
  2. Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan tidak melakukan hubungan seks atau hanya berhubungan seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi. Pada situasi lain, kondom lateks harus digunakan dengan benar setiap kali seseorang melakukan hubungan seks secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks dengan pelumas berbahan dasar air dapat menurunkan risiko penularan melalui hubungan seks.
  3. Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi penularan HIV. Begitu pula Program “Harm reduction”yang menganjurkan para pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum bersama telah terbukti efektif.Menyediakan fasilitas Konseling HIV dimana identitas penderita dirahasiakan atau dilakukan secara anonimus serta menyediakan tempat-tempat untuk melakukan pemeriksaan darah. Faslitas tersebut saat ini telah tersedia di seluruh negara bagian di AS. Konseling, tes HIV secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan dilakukan secara rutin pada klinik keluarga berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum homo dan terhadap komunitas dimana seroprevalens HIV tinggi. Orang yang aktivitas seksualnya tinggi disarankan untuk mencari pengobatan yang tepat bila menderita Penyakit Menular Seksual (PMS).
  4. Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin dari standar perawatan kehamilan. Ibu dengan HIV positif harus dievaluasi untuk memperkirakan kebutuhan mereka terhadap terapi zidovudine (ZDV) untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal.
  5. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk mencegah kontaminasi HIV pada plasma dan darah. Semua darah donor harus diuji antibodi HIV nya. Hanya darah dengan hasil tes negatif yang digunakan. Orang yang mempunyai kebiasaan risiko tinggi terkena HIV sebaiknya tidak mendonorkan plasma, darah, organ-organ untuk transplantasi, sel atau jaringan (termasuk cairan semen untuk inseminasi buatan). Institusi (termasuk bank sperma, bank susu atau bank tulang) yang mengumpulkan plasma, darah atau organ harus menginformasikan tentang peraturan dan kebijakan ini kepada donor potensial dan tes HIV harus dilakukan terhadap semua donor. Apabila mungkin, donasi sperma, susu atau tulang harus dibekukan dan disimpan selama 3 – 6 bulan. Donor yang tetap negatif setelah masa itu dapat di asumsikan tidak terinfeksi pada waktu menjadi donor.
  6. Jika hendak melakukan transfusi Dokter harus melihat kondisi pasien dengan teliti apakah ada indikasi medis untuk transfusi. Transfusi otologus sangat dianjurkan.
  7. Hanya produk faktor pembekuan darah yang sudah di seleksi dan yang telah diperlakukan dengan semestinya untuk menonaktifkan HIV yang bisa digunakan.
  8. Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan pembuangan jarum suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak tertusuk. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung lainnya untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang mengandung darah. Setiap tetes darah pasien yang mengenai tubuh petugas kesehatan harus dicuci dengan air dan sabun sesegera mungkin. Kehati-hatian ini harus di lakukan pada semua pasien dan semua prosedur laboratorium (tindakan kewaspadaan universal)ekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin-vaksin EPI (EXPANDED PROGRAMME ON IMMUNIZATION); anak-anak yang menunjukkan gejala sebaiknya tidak mendapat vaksin BCG. Di AS, BCG dan vaksin oral polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV tidak perduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan vaksin MMR (measles-mumps-rubella) dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.
ODHA adalah sebutan untuk orang-orang yang telah mengidap HIV/AIDS. Adapun gejala-gejala seseorang kemungkinan terjangkit HIV diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Rasa Lelah Berkepanjanga
  • Sesak nafas dan batuk yang berkepanjanga 
  • Berat badan turun secara menyolok
  • Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas
  • Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
  • Sering demam (lebih dari 38 derajat Celcius) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas
  • Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas
Pada awal-awal kasus terjangkitnya HIV, kebanyakan orang tersebut cenderung menunjukkan reaksi-reaksi keras seperti menolak hasil tes, menangis, menyesali dan memarahi diri sendiri, bahkan mengucilkan diri sendiri. Saat-saat seperti itu merupakan gejala psikologis yang justru dapat membuat orang tersebut semaikin terpuruk. Pembinaan terhadap ODHA diperlukan agar selanjutnya ODHA kembali melanjutkan hidup.

ODHA bukan berarti akhir. ODHA masih dapat bertahan hidup selama 5-10 tahun. Sekarang tinggal bagaimana ODHA itu sendiri mengisi hidupnya yang lebih berguna bagi diri sendiri. Menjalani hidup yang produktif dengan :

  • Mengikuti diet tinggi akan protein dan kilojoule yang sehat 
  • Mengatur tingkat stress dan emosinya, misalnya dengan perilaku emosi dan spriritual yang sehat berimbang
  • Seks yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom agar tidak melakukan penularan
  • Menjauhkan diri dari narkoba (drugs) , minuman keras, rokok
  • Menjaga kesehatan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, dan badan
  • Konsultasi ke dokter secara teratur
  • Memilih pergaulan yang bagus
  • ODHA, keluarga, dan masyarakat...

Keluarga merupakan pihak pertama yang berhak dan berkewajiban atas kondisi ODHA. Jika dalam keluarga saja ODHA sudah dikucilkan bagaimana dengan dunia di luar keluarga. Sudah seharusnya keluarga yang menjadi pendamping, pendukung, dan pelindung bagi ODHA. Untuk menjadi pendamping ODHA, seseorang harus mengutarakan kejujuran terlebih dahulu, paham seluk beluk HIV/AIDS, mengenali watak dari ODHA sehingga sebagai pendamping, orang tersebut bisa memahami ODHA.

Respon masyarakat terhadap virus HIV merupakan pengaruh bagi ODHA. Mungkin beberapa lapisan masyarakat belum bisa menerima ODHA dilingkungan mereka karena mereka menganggap ODHA itu membahayakan. Sebenarnya dukungan dan respon yang positif dari orang-orang disekitar ODHA adalah orang-orang yang sebenarnya bisa memberikan semangat untuk berpikir positif untuk hidupnya dan juga bisa memberikan hal-hal yang berguna bagi masyarakat disekitar ODHA tersebut.

Beberapa tindakan keluarga dan masyarakat yang diharapkan dalam membantu dan mendukung ODHA misalnya :

  1. Family concept, artinya lingkungan rumah atau suasana rumah diciptakan agar pengidap HIV seperti merasa benar-benar berada di rumah, misalnya mendapat kasih sayang, dan rasa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. 
  2. Role Model, adalah menggunakan orang yang pernah mengalami kejadian yang serupa dengan pengidap HIV untuk menceritakan apa yang harus dikerjakan di masa datang.
  3. Positive Peer Pressure, adalah saling bertukar pikiran dalam satu kelompok agar saling menilai dan memotivasi diri, contohnya tidak kembali kepada ketergantungan terhadap narkotika.
  4. Theurapeutic Session, yaitu konsultasi, penyuluhan dan terapi .
  5. Moral and Religius Session, yaitu mensyukuri anugerah Tuhan yang masih menyayangi dengan memberikan ujian yang berat, agar lebih bisa mendekatkan diri dengan-Nya.
Dengan memberikan perhatian terhadap ODHA, jangan pernah mengucilkan ODHA dan ikut menyertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, dengan begitu akan menambah semangat mereka untuk hidup dengan lebih baik. Contoh-contoh kegiatan yang dapat dilakukan yaitu penyuluhan-penyuluhan kesehatan (dalam kesempatan tersebut, ODHA diharapkan dapat menceritakan kisah mereka di masa lalu dan mengingatkan bahaya AIDS supaya masyarakat tidak mengikuti jejak yang telah mereka tempuh).

Keluarga dan masyarakat harus menjadi pihak yang mengasihi, bukan sebagai pihak yang membenci karena dalam membina persahabatan antara ODHA dan non-ODHA dibutuhkan saling keterbukaan saling menerima apa adanya.

Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga, perorangan, universitas dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan Presiden nomor 36 Tahun 1994.

Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS, Lingkup program, peran dan tanggung jawab, kerjasama internasional dan pendanaan. Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPAD. Kegiatannya meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.




Dihimpum oleh :
Tim Creative Buletin Equilibrium

Tidak ada komentar: