Galeri

Minggu, 27 Maret 2016

PROBLEMATIKA BK


MAKALAH
“PROBLEMATIKA BK HANYA MEMUSATKAN PADA USAHA PENGGUNAAN INSTRUMENTASI BK (TES, INVENTORI, ANGKET, DAN LAIN-LAIN)”
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Bekang
             Konselor sekolah adalah merupakan petugas profesional yang artinya secara formal mereka telah ditetapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka di didik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat diartikan bahwa konselor sekolah sengaja dibentuk atau disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga yang profesional dalam pengetahuan, pengalaman dan kualitas pribadinya dalam bimbingan dan konseling.
             Konselor sekolah dalam melaksanakan tugas berpedoman pada
media bimbingan dan konseling yang berupa instrument atau alat pengumpul data yang berupa media elektronika dan media cetak yang terdiri dari alat testing dan alat non testing.[1] 
             Ada banyak sekali macam-macam metode untuk mengumpulkan data dalam rangka merealisasikan bimbingan dan konseling, khususnya yang berlangsung di sekolah. Pengumpulan data merupakan suatu hal penting dalam penelitian-penelitian pada umumnya, termasuk dalam bimbingan dan konseling. Konseling baru dapat diberikan dengan baik jika data mengenai individu yang dibimbing sudah diperoleh. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui berbagai metode pengumpulan data dalam merealisasikan bimbingan dan konseling.[2]






B.     Rumusan Masalah
a.       Kekeliruan tentang bimbingan dan konseling
b.      Pengertian tes
c.       Pengertian inventori
d.      Pengertian angket
e.       Beberapa alat untuk mengumpulkan data berkenan dengan bimbingan dan konseling
C.    Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui kekeliruan tentang bimbingan dan konseling
b.      Untuk mengetahui pengertian tes
c.       Untuk mengetahui pengertian inventori
d.      Untuk mengetahui pengertian angket
e.       Untuk mengetahui beberapa alat untuk mengumpulkan data berkenan dengan bimbingan dan konseling

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kekeliruan tentang bimbingan dan konseling
         Perjalanan bimbingan dan konseling menuju sebuah profesi yang handal hingga saat ini tampaknya masih harus dilalui secara tertatih-tatih. Dalam hal ini, Prayitno telah mengidentifikasi 15 kekeliruan pemahaman orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam tataran konsep maupun praktiknya yang tentunya sangat mengganggu terhadap pencitraan dan laju pengembangan profesi ini. Kekeliruan pemhaman ini tidak hanya terjadi dikalangan orang-orang yang berada di luar bimbingan dan konseling, tetapi banyak juga di temukan dikalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling.[3] Kelima belas kekeliruan tersebut salah satu diantaranya adalah memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi, dalam makalah ini hanya akan membahas satu permasalahan tersebut.
         Perlengkapan dan sarana utama yang pasti dan dapat dikembangkan pada diri konselor adalah “mulut” dan keterampilan pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakannya instrumen (tes, inventori, angket, dan sebagainya itu) hanyalah sekedar pembantu. Ketiadaan alat-alat itu tidak boleh mengganggu, menghambat, atau bahkan melumpuhkan sama sekli pelayanan bimbingan dan konseling.           Oleh sebab itu konselor hendaklah tidak menjadikan ketiadaan instrumen seperti itu sebagai alasan atau dalih untuk mengurangi, apalagi tidak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sama sekali. Tugas bimbingan dan konseling yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal sambil terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan.[4]
         Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan meskipun tanpa adanya instrument. Hal yang sangat dibutuhkan dalam melakukan bimbingan dan konseling hanyalah keterampilan pribadi yang dimiliki oleh konselor tersebut.
B.     Pengertian tes
         Tes adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyan-pertanyaan, atau tugas-tugas yang telah terpilih dengan seksama dan telah distandarisasikan. Ini berarti telah ada standar tertentu.
         Jika ditinjau dari cara mengerjakannya, tes ini kelihatannya seperti eksperimen, namun kedua metode ini sangat berbeda. Perbedaan yang pokok justru terletak pada standarisasi dari tes itu. Dengan eksperimen, orang mau menimbulkan gejala atau situasi yang ingin diselidiki dengan tujuan untuk mengecek suatu pendapat atau hipotesis, serta ingin mendapatkan sesuatu pendapat. Pada tes, orang ingin mengetahui kemamampuan-kemampuan atau faktor-faktor yang yang lain dari testee (orang yang di tes). Hal yang penting pada tes adalah adanya standarisasi. Tentu saja, hal tersebut tidak terdapat dalam eksperimen.[5]
         Tes sebagai suatu metode penyelidikan mulai di kenal setelah Binet, yang pada tahun 1904 mendapatkan tugas dari pemerintah Prancis untuk mengadakan penyelidikan atas anak-anak yang mengalami kelambatan belajar bila dibandingkan dengan teman-temannya. Setelah Binet mengadakan penyelidikan, ternyata anak yang terlambat didalam mengikuti pelajaran memang anak-anak yang kurang normal, apabila dibandingkan dengan teman-temannya. Selanjutnya, penyelidikan mengenai inteligensi dikerjakannya bersama-sama dengan Simon, hingga sering pula dikenal dengan sebutan “Tes Binet Simon”. Sumbangan yang utama dari Binet ialah merintis adanya tes dan menentukan standar-standar pertanyaan yang didasarkan atas keadaan anak-anak yang normal. Jika anak itu normal maka akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan untuk masing-masing tingkatan umur atau golongan umur tertentu. Tes Binet ini disempurnakan oleh ahli-ahli yang lain.salah satu revisi yang terkenal ialah revisi dari Terman yang di pakai di Amerika. Karena Terman ini bekerja di Stanford University maka revisinya dikenal dengan “Stanvord Revision” dan sering pula disebut “Tes Inteligensi Stanford-Binet”.
         Baik tidaknya suatu tes tergantung pada validitas dan reabilitas dari tes tersebut. validitas sesuatu tes adalah ukuran sampai dimana tes itu dapat mengukur apa yang ingin diukur atau dites. Semisal tes inteligensi, apakah tes itu sungguh-sungguh mengukur inteligensi, bukan mengukur kemampuan lain? Jadi, tes itu dikatakan valid jika tes itu sungguh-sungguh dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur.
Reliabilitas dari tes adalah keajegan dari tes itu. Apabila tes itu diberikan pada subjek yang sama pada yang berbeda maka hasil tes tadi akan menunjukkan hasil yang sama pula atau dengan kata lain tes tersebut menunjukkan adanya keajegan hasil. Oleh karena itu, sebelum tes dapat digunakan secara menyeluruh maka pada umumnya akan dicari dahulu validitas dan reliabilitas dari tes tersebut. untuk mencarinya, ada teknik tersendiri (penting bagi para ahli yang ingin menciptakan tes). Hal ini akan dibicarakan dalamkonstruksi tes.
         Dalam bimbingan dan konseling, tes sebagai suatu metode untuk mendapatkan data mempunyai peran yang cukup penting. Dengan tes dapat diperoleh data yang mungkin tidak dapat terungkap dengan metode yang lain. Satu hal yang disayangkan ialah tidak semua pejabat dapat melaksanakan tes karena untuk melakukannya diperlukan suatu keahlian khusus, baik dalam soal administrasi tes maupun interpretasinya.[6]
1.      Macam-macam tes
        Tes Binet merupakan salah satu macam tes mengenai inteligensi. Disamping tes Binet masih banyak tes lain yang dapat diklasifikasikan dalam tes inteligensi, misalnya tes Wechsler, SPM, balok (Kohsblock), dan AGCT. Dengan demikian tes inteligensi merupakan salah satu macam tes yang didasarkan atas klasifikasi kemampuan seseorang yang diselidiki. Sehubungan dengan ini tes dapat dibedakan menjadi beberapa macam tes sesuai dengan dasar penggolongan atau klasifikasinya, yaitu:
a.       Berdasarkan atas banyaknya orang yang dites (pada waktu mengerjakan tes), tes dapat dibedakan:
v  Tes individual (perorangan), yaitu tes yang diberikan secara individual. Tester menghadapi testee seorang demi seorang seperti pada tes Rorschach (Ro) dan tes Binet.
v  Tes kelompok (group), yaitu tes yang diberikan secara kelompok, misalnya tes AGCT (Army General Classification test), tes SPM, tes Kraeplin.
b.      Berdasarkan atas peristiwa atau kemampuan jiwa yang ingin diselidiki, tes dapat dibedakan antara lain tes pengamatan, tes perhatian, tes inteligensi, tes fantasi.[7]
c.       Berdasarkan atas caranya testee mengerjakan tugas-tugas, tes dapat dibedakan menjadi:
a.       Tes bahasa (verbal), yaitu apabila testee didalam mengerjakan tes itu menggunakan bahasa. Misalnya, tes Ro, tes Binet.
b.      Tes peraga (performance), yaitu apabila testee didalam mengerjakan tes itu tidak menggunakan bahasa, cukup dengan menggunakan perbuatan-perbuatan. Misalnya, tes balok, tes menggambar orang.
        Tes performance ini timbul sebagai suatu usaha untuk mengatasi salah satu kelemahan tes, yaitu tes terikat pada unsur kebudayaan dari mana tes itu berasal. Sehubungan dengan hal itu, orang lalu mencari atau menciptakan tes yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kelemahan ini, yaitu dengan menciptakan tes yang bebas dari unsure kebudayaan. Kemudian timbul tes performance ini dengan suatu perhitungan bahwa tes ini akan bebas dari unsure kebudayaan.
        Kalau tes digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang maka tes ini disebut “tes bakat” atau aptitude test. Tes bakat ini sangat penting kedudukannya dalam bimbingan dan konseling, sekalipun tes yang lain juga penting, terutama dalam hal bimbingan jabatan, untuk menempatkan seseorang sesuai dengan bakat yang ada pada individu itu. Banyak anak mengalami kegagalan disekolah karena apa yang dituntut memang kurang sesuai dengan bakat yang ada padanya. Dengan tes ini, akan dapat terungkap bakat yang ada pada individu itu.
        Kalau tes digunakan untuk mengetahui kecepatan testee dalam bekerja maka tes ini desebut speed test. Yang diutamakan dalam tes ini ialah kecepatan kerjanya dalam waktu tertentu, sampai sejauh mana prestasi yang dapat dicapai oleh individu yang bersangkutan.
        Kalau tes digunakan untuk mengetahui kemampuan individu didalam mengerjakan sesuatu maka tes ini disebut power test. Dalam power test ini, soal waktu tidak begitu dipentingkan. Yang penting ialah sampai sejauh mana kemampuan individu itu didalam mengerjakan tes tersebut.kalau tes digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana individu mampu dalam melakukan performance terhadap sesuatu yang pernah diterimanya maka tes ini merupakan achievement test.
Sehubungan dengan itu, Cronbach (1984: 31) mengungkapkan:
“since one of the principle use of such a test is to evaluate performance of persons who have been been giben training in the task these test are often referred to as achievement tests”.
        Disamping itu, masih ada pula tes proyeksi. Dalam tes tersebut, testee yang sedang menghadapi tes akan memproyeksikan dirinya kedalam tes. Dalam bimbingan dan konseling tes ini sering digunakan, terutama apabila menghadapi klien yang mengalami gangguan-gangguan pribadi dalam hal emosi. Misalnya, tes Rorschach (Ro) dan TAT (Thematic Apperception Test). Dengan tes proyeksi ini, umumnya konselor dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat terungkap dengan metode-metode yang lain. Misalnya, karena adanya suatu hal yang memalukan dan mungkin tidak akan diutarakan oleh klien dalam wawancara maka hal itu akan terungkap dalam tes proyeksi ini. [8]
C.    Pengertian inventori
         Alat Tes inventori adalah alat tes psikologi yang berusaha mengungkap aspek kepribadian manusia. Dan biasanya Alat tes inventori ini menggunakan kertas dan pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value).  Sebenarnya alat ini biasa di gunakan di kalangan industri, untuk mendeskripsikan kondisi kepribadian para karyawannya. Namun semakin hari karena pengetahuan semakin erkembang dan alat tes psikologi inventori pun bisa digunakan untuk semua kalangan yang bertujuan untuk mengungkap aspek-aspek kerpibadian.
         Alat Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.
         Pada dasrnya Alat tes invonteri terbagi menjadai 3 jenis alat tes inventori , 3 jenis alat tes inventori tersebut antara lain :
1.      Tes Inventori kepribadian
a.    MMPI (minnesota Personality Inventory)
b.    CPI (california Psychological Inventory)
c.    PIC (Personality Inventory for Children)
d.   MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
e.    16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
f.     EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
g.    PRF (Personality Research Form)
h.    Jackson Personality Inventory
2.      Tes Inventory Minat
a.    SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)
b.    JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)
c.    KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
d.   CAI Career Assessment Inventory)
e.    RM (The rothwell-Miller Interest Blank)
3.      Tes Inventori Nilai
a.    Study OF Value
b.    WVI Work Value Inventory)[9]
D.    Pengertian angket
         Angket merupakan tehnik pemahaman siswa yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi secara tertulis. Dalam angket inipun juga dapat langsung maupun tidak langsung. Dan bentuk pertanyaan angket dapat secara terbuka maupun tertutup.
         Angket bisa digunakan untuk mengungkapkan hal-hal bersifat umum maupun yang bersifat khusus.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan angket yaitu :
v  Pertanyaan-pertanyaan yang disusun hendaknya singkat, jelas, dan tidak mengandung dua arti.
v  Gunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa/responden.
v  Tuangkan maksud dan tujuan pembicaraan angket itu, agar siswa/responden tidak ragu-ragu menjawab
v  Pengisian angket hendaknya diberikan pada waktu yang tepat. Misalnya: untuk mmurid baru
        Untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling data yang di peroleh melalui angket dapat dimasukan dalam buku pribadi siswa. Menurut Moh. Surya (1975) beberapa keuntungan mempergunakan angket sebagai tehnik pengumpulan data antara lain :
v  Angket dapat dipergunakan untuk menyimpulkan data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dalamm waktuu yang siingkat
v  Setiap responden menerima jumlah pertanyaan yang sama dengan angket responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangannya.
v  Responden mempunyai waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
v  Dalam angket pengaruh subyektif  dapat dihindarkan.
        Di samping keuntungan tersebut angket mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
v  Angket belum merupakan jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban yang tepat.
v  Angket hanya terbatas kepada responden yang dapat membaca dan menulis.
v  Kadang kadang ada responden yang tidak bersedia mengisi angket.
v  Pertanyaan yang diajukan dalam angket lebih bersifat terbatas, sehingga ada hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak dapat terungkap..
         Dengan memperhatikkan beberapa kekurangan dalam pengunaan teknik angket maka, perlu kiranya pengambilan data dengan angket hendaknya di pertimbangkan secara masak.  [10]


E.     Instrumentasi bimbingan dan konseling
         Selain yang sudah dijelaskan diatas, masih banyak instrumentasi bimbingan dan konseling lainnya, yaitu:
1.      Observasi
2.      Wawancara
3.      Pemeriksaan hasil belajar (legger)
4.      Sosiometri
5.      Buku induk siswa
6.      Analisis documenter (buku pribadi)
7.      Rekapitulasi presensi siswa
8.      Daftar pengungkap masalah (DPM)
9.      Pengungkapan kebiasaan belajar (PKB)
Ø  Aplikasi instrumentasi untuk bimbingan pribadi
Kegiatan ini mencakup pengungkapan dan pengumpulan data yang berkenaan dengan:
a.       Sikap, kebiasaan, dan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada tuhan YME
b.      Kekuatan diri dan pengembangannya
c.       Bakat dan minat serta penyaluran dan pengembangannya
d.      Kelemahan diri dan penanggulangannya
e.       Pengarahan diri
f.       Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat
g.      Pengambilan keputusan
Ø  Aplikasi instrumentasi untuk bimbingan sosial
               Kegiatan ini mencakup mengungkapkan dan pengumpulan data tentang:
a.       Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan produktif
b.      Kemampuan bertingkah laku dengan menjunjung tinggi tata krama dan nilai-nilai agama, adat-istiadat dan kebiasaan yang berlaku
c.       Hubungan dengan teman sebaya
d.      Pemahaman dan pelaksanaan disiplin
e.       Penyesuaian hidup berkeluarga dengan kondisi dan peraturan disekolah
Ø  Aplikasi instrumentasi untuk bimbingan belajar
               Pengungkapan dan pengumpulan data berkenaan dengan kemampuan dan kegiatan belajar siswa tentang:
a.       Tujuan belajar dan latihan
b.      Sikap dan kebiasaan siswa
c.       Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif, efisien, dan produktif
d.      Penguasaan materi pelajaran dan latihan/keterampilan
e.       Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik
f.       Orientasi belajar disekolah menengah
Ø  Aplikasi instrumentasi untuk bimbingan karier
               Kegiatan ini meliputi pengungkapan dan pengumpulan data berkenaan dengan pilihan pekerjaan dan pengembangan karier siswa, yaitu tentang:
a.       Pilihan dan latihan keterampilan
b.      Orientasi dan informasi lembaga-lembaga keterampilan sesuai dengan pilihan pekerjaan dan arah pengembangan karier
c.       Orientasi dan informasi pekerjaan/karier dunia kerja dan upaya memperoleh penghasilan
d.      Pilihan orientasi dan informasi sekolah menengah sesuai dengan arah pengembangan karier[11]




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
            Kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan meskipun tanpa adanya instrument. Hal yang sangat dibutuhkan dalam melakukan bimbingan dan konseling hanyalah keterampilan pribadi yang dimiliki oleh konselor tersebut.
                        Tes adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyan-pertanyaan, atau tugas-tugas yang telah terpilih dengan seksama dan telah distandarisasikan. Ini berarti telah ada standar tertentu.
                        Beberapa macam tes sesuai dengan dasar penggolongan atau klasifikasinya, yaitu:
a.       Berdasarkan atas banyaknya orang yang dites (pada waktu mengerjakan tes), tes dapat dibedakan:
v  Tes individual (perorangan), yaitu tes yang diberikan secara individual. Tester menghadapi testee seorang demi seorang seperti pada tes Rorschach (Ro) dan tes Binet.
v  Tes kelompok (group), yaitu tes yang diberikan secara kelompok, misalnya tes AGCT (Army General Classification test), tes SPM, tes Kraeplin.
b.      Berdasarkan atas peristiwa atau kemampuan jiwa yang ingin diselidiki, tes dapat dibedakan antara lain tes pengamatan, tes perhatian, tes inteligensi, tes fantasi.
c.       Berdasarkan atas caranya testee mengerjakan tugas-tugas, tes dapat dibedakan menjadi:
v  Tes bahasa (verbal), yaitu apabila testee didalam mengerjakan tes itu menggunakan bahasa. Misalnya, tes Ro, tes Binet.
v  Tes peraga (performance), yaitu apabila testee didalam mengerjakan tes itu tidak menggunakan bahasa, cukup dengan menggunakan perbuatan-perbuatan. Misalnya, tes balok, tes menggambar orang.
                        Alat Tes inventori adalah alat tes psikologi yang berusaha mengungkap aspek kepribadian manusia. Dan biasanya Alat tes inventori ini menggunakan kertas dan pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). 
                        Pada dasrnya Alat tes invonteri terbagi menjadi 3 jenis alat tes inventori, 3 jenis alat tes inventori tersebut antara lain :
1.        Tes Inventori kepribadian
v  MMPI (minnesota Personality Inventory)
v  CPI (california Psychological Inventory)
v  PIC (Personality Inventory for Children)
v  MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
v  16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
v  EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
v  PRF (Personality Research Form)
v  Jackson Personality Inventory
2.        Tes Inventory Minat
v  CII (Strong-Campbell Interest Inventory)
v  JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)
v  KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
v  CAI Career Assessment Inventory)
v  RM (The rothwell-Miller Interest Blank)
3.        Tes Inventori Nilai
v  Study OF Value
v  WVI (Work Value Inventory)
                        Angket merupakan tehnik pemahaman siswa yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi secara tertulis. Dalam angket inipun juga dapat langsung maupun tidak langsung. Dan bentuk pertanyaan angket dapat secara terbuka maupun tertutup.Angket bisa digunakan untuk mengungkapkan hal-hal bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
                        Selain yang sudah dijelaskan diatas, masih banyak instrumentasi bimbingan dan konseling lainnya, yaitu:
1.      Observasi
2.      Wawancara
3.      Pemeriksaan hasil belajar (legger)
4.      Sosiometri
5.      Buku induk siswa
6.      Analisis documenter (buku pribadi)
7.      Rekapitulasi presensi siswa
8.      Daftar pengungkap masalah (DPM)
9.      Pengungkapan kebiasaan belajar (PKB)
B.  Saran
                        Semoga makalah yang penulis susun ini, walaupun jauh dari sempurna dapat memberi manfaat dan menyempurnakan wwawasan pembaca dalam bidang kajian “Instrumentasi Bimbingan dan Konseling” untuk itu kami mohon kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.













DAFTAR PUSTAKA
            Kartono, Kartini. 2011. Teori Konseling. Bandung: Pustaka Jaya
            Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan + Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: CV. Andi Offset
            Wardati dan Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka
            Walgito, Bimo. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: CV. Andi Offset
            Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://eko 13.wordpress.com/2008/03/22/teknik-khusus-konseling/trackback/




[1] Kartini Kartono. Teori Konseling. (Bandung: Pustaka Jaya, 2011). Hlm 110
[2] Bimo Walgito. Bimbingan + Konseling (Studi dan Karier). (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010). Hlm 61
[3] Wardati dan Mohammad Jauhar. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011). Hlm 93
[4] Ibid. Hlm 98
[5] Bimo Walgito. Bimbingan + Konseling (Studi dan Karier). (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010). Hlm 88
[6] Bimo Walgito. Bimbingan + Konseling (Studi dan Karier). (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010). Hlm 88-90
[7] Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 20). Hlm 79
[8] Bimo Walgito. Bimbingan + Konseling (Studi dan Karier). (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010). Hlm 91-92
[10] http://eko 13.wordpress.com/2008/03/22/teknik-khusus-konseling/trackback/
[11] Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). Hlm 231-233
By : Siti F.M

Tidak ada komentar: