MAKALAH
“PROBLEMATIKA BK HANYA MEMUSATKAN PADA USAHA PENGGUNAAN
INSTRUMENTASI BK (TES, INVENTORI, ANGKET, DAN LAIN-LAIN)”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Bekang
Konselor
sekolah adalah merupakan petugas profesional yang artinya secara formal mereka
telah ditetapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka
di didik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan
bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
konselor sekolah sengaja dibentuk atau disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga
yang profesional dalam pengetahuan, pengalaman dan kualitas pribadinya dalam
bimbingan dan konseling.
Konselor
sekolah dalam melaksanakan tugas berpedoman pada
media bimbingan dan konseling yang berupa instrument atau alat pengumpul data yang berupa media elektronika dan media cetak yang terdiri dari alat testing dan alat non testing.[1]
media bimbingan dan konseling yang berupa instrument atau alat pengumpul data yang berupa media elektronika dan media cetak yang terdiri dari alat testing dan alat non testing.[1]
Ada banyak sekali macam-macam
metode untuk mengumpulkan data dalam rangka merealisasikan bimbingan dan
konseling, khususnya yang berlangsung di sekolah. Pengumpulan data merupakan suatu
hal penting dalam penelitian-penelitian pada umumnya, termasuk dalam bimbingan
dan konseling. Konseling baru dapat diberikan dengan baik jika data mengenai
individu yang dibimbing sudah diperoleh. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk mengetahui berbagai metode pengumpulan data dalam merealisasikan bimbingan
dan konseling.[2]
B.
Rumusan Masalah
a.
Kekeliruan
tentang bimbingan dan konseling
b.
Pengertian tes
c.
Pengertian
inventori
d.
Pengertian
angket
e.
Beberapa alat
untuk mengumpulkan data berkenan dengan bimbingan dan konseling
C.
Tujuan
Penulisan
a.
Untuk
mengetahui kekeliruan tentang bimbingan dan konseling
b.
Untuk
mengetahui pengertian tes
c.
Untuk
mengetahui pengertian inventori
d.
Untuk
mengetahui pengertian angket
e.
Untuk
mengetahui beberapa alat untuk mengumpulkan data berkenan dengan bimbingan dan
konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kekeliruan
tentang bimbingan dan konseling
Perjalanan bimbingan dan konseling
menuju sebuah profesi yang handal hingga saat ini tampaknya masih harus dilalui
secara tertatih-tatih. Dalam hal ini, Prayitno telah mengidentifikasi 15 kekeliruan
pemahaman orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam tataran
konsep maupun praktiknya yang tentunya sangat mengganggu terhadap pencitraan
dan laju pengembangan profesi ini. Kekeliruan pemhaman ini tidak hanya terjadi
dikalangan orang-orang yang berada di luar bimbingan dan konseling, tetapi
banyak juga di temukan dikalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan
bimbingan dan konseling.[3]
Kelima belas kekeliruan tersebut salah satu diantaranya adalah memusatkan usaha
bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi, dalam makalah ini
hanya akan membahas satu permasalahan tersebut.
Perlengkapan dan sarana utama yang
pasti dan dapat dikembangkan pada diri konselor adalah “mulut” dan keterampilan
pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakannya instrumen (tes, inventori,
angket, dan sebagainya itu) hanyalah sekedar pembantu. Ketiadaan alat-alat itu
tidak boleh mengganggu, menghambat, atau bahkan melumpuhkan sama sekli
pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh
sebab itu konselor hendaklah tidak menjadikan ketiadaan instrumen seperti itu
sebagai alasan atau dalih untuk mengurangi, apalagi tidak melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling sama sekali. Tugas bimbingan dan konseling yang baik
akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal sambil terus berusaha
mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan.[4]
Dari penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan meskipun
tanpa adanya instrument. Hal yang sangat dibutuhkan dalam melakukan bimbingan
dan konseling hanyalah keterampilan pribadi yang dimiliki oleh konselor
tersebut.
B.
Pengertian tes
Tes adalah suatu metode atau alat untuk
melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyan-pertanyaan, atau
tugas-tugas yang telah terpilih dengan seksama dan telah distandarisasikan. Ini
berarti telah ada standar tertentu.
Jika ditinjau dari cara mengerjakannya,
tes ini kelihatannya seperti eksperimen, namun kedua metode ini sangat berbeda.
Perbedaan yang pokok justru terletak pada standarisasi dari tes itu. Dengan
eksperimen, orang mau menimbulkan gejala atau situasi yang ingin diselidiki
dengan tujuan untuk mengecek suatu pendapat atau hipotesis, serta ingin
mendapatkan sesuatu pendapat. Pada tes, orang ingin mengetahui
kemamampuan-kemampuan atau faktor-faktor yang yang lain dari testee (orang yang
di tes). Hal yang penting pada tes adalah adanya standarisasi. Tentu saja, hal
tersebut tidak terdapat dalam eksperimen.[5]
Tes sebagai suatu metode penyelidikan
mulai di kenal setelah Binet, yang pada tahun 1904 mendapatkan tugas dari
pemerintah Prancis untuk mengadakan penyelidikan atas anak-anak yang mengalami
kelambatan belajar bila dibandingkan dengan teman-temannya. Setelah Binet
mengadakan penyelidikan, ternyata anak yang terlambat didalam mengikuti
pelajaran memang anak-anak yang kurang normal, apabila dibandingkan dengan
teman-temannya. Selanjutnya, penyelidikan mengenai inteligensi dikerjakannya
bersama-sama dengan Simon, hingga sering pula dikenal dengan sebutan “Tes Binet
Simon”. Sumbangan yang utama dari Binet ialah merintis adanya tes dan
menentukan standar-standar pertanyaan yang didasarkan atas keadaan anak-anak
yang normal. Jika anak itu normal maka akan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan untuk masing-masing tingkatan umur
atau golongan umur tertentu. Tes Binet ini disempurnakan oleh ahli-ahli yang
lain.salah satu revisi yang terkenal ialah revisi dari Terman yang di pakai di
Amerika. Karena Terman ini bekerja di Stanford University maka revisinya
dikenal dengan “Stanvord Revision” dan sering pula disebut “Tes Inteligensi
Stanford-Binet”.
Baik tidaknya suatu tes tergantung pada
validitas dan reabilitas dari tes tersebut. validitas sesuatu tes adalah ukuran
sampai dimana tes itu dapat mengukur apa yang ingin diukur atau dites. Semisal
tes inteligensi, apakah tes itu sungguh-sungguh mengukur inteligensi, bukan
mengukur kemampuan lain? Jadi, tes itu dikatakan valid jika tes itu
sungguh-sungguh dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur.
Reliabilitas
dari tes adalah keajegan dari tes itu. Apabila tes itu diberikan pada subjek
yang sama pada yang berbeda maka hasil tes tadi akan menunjukkan hasil yang
sama pula atau dengan kata lain tes tersebut menunjukkan adanya keajegan hasil.
Oleh karena itu, sebelum tes dapat digunakan secara menyeluruh maka pada
umumnya akan dicari dahulu validitas dan reliabilitas dari tes tersebut. untuk
mencarinya, ada teknik tersendiri (penting bagi para ahli yang ingin
menciptakan tes). Hal ini akan dibicarakan dalamkonstruksi tes.
Dalam bimbingan dan konseling, tes
sebagai suatu metode untuk mendapatkan data mempunyai peran yang cukup penting.
Dengan tes dapat diperoleh data yang mungkin tidak dapat terungkap dengan
metode yang lain. Satu hal yang disayangkan ialah tidak semua pejabat dapat
melaksanakan tes karena untuk melakukannya diperlukan suatu keahlian khusus,
baik dalam soal administrasi tes maupun interpretasinya.[6]
1.
Macam-macam tes
Tes Binet merupakan salah satu macam tes
mengenai inteligensi. Disamping tes Binet masih banyak tes lain yang dapat
diklasifikasikan dalam tes inteligensi, misalnya tes Wechsler, SPM, balok
(Kohsblock), dan AGCT. Dengan demikian tes inteligensi merupakan salah satu
macam tes yang didasarkan atas klasifikasi kemampuan seseorang yang diselidiki.
Sehubungan dengan ini tes dapat dibedakan menjadi beberapa macam tes sesuai
dengan dasar penggolongan atau klasifikasinya, yaitu:
a.
Berdasarkan
atas banyaknya orang yang dites (pada waktu mengerjakan tes), tes dapat
dibedakan:
v Tes individual (perorangan), yaitu tes yang diberikan secara
individual. Tester menghadapi testee seorang demi seorang seperti pada tes
Rorschach (Ro) dan tes Binet.
v Tes kelompok (group), yaitu tes yang diberikan secara kelompok,
misalnya tes AGCT (Army General Classification test), tes SPM, tes Kraeplin.
b.
Berdasarkan
atas peristiwa atau kemampuan jiwa yang ingin diselidiki, tes dapat dibedakan
antara lain tes pengamatan, tes perhatian, tes inteligensi, tes fantasi.[7]
c.
Berdasarkan
atas caranya testee mengerjakan tugas-tugas, tes dapat dibedakan menjadi:
a.
Tes bahasa
(verbal), yaitu apabila testee didalam mengerjakan tes itu menggunakan
bahasa. Misalnya, tes Ro, tes Binet.
b.
Tes peraga (performance),
yaitu apabila testee didalam mengerjakan tes itu tidak menggunakan
bahasa, cukup dengan menggunakan perbuatan-perbuatan. Misalnya, tes balok, tes
menggambar orang.
Tes performance ini timbul
sebagai suatu usaha untuk mengatasi salah satu kelemahan tes, yaitu tes terikat
pada unsur kebudayaan dari mana tes itu berasal. Sehubungan dengan hal itu,
orang lalu mencari atau menciptakan tes yang dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan kelemahan ini, yaitu dengan menciptakan tes yang bebas dari
unsure kebudayaan. Kemudian timbul tes performance ini dengan suatu
perhitungan bahwa tes ini akan bebas dari unsure kebudayaan.
Kalau tes digunakan untuk menyelidiki
bakat seseorang maka tes ini disebut “tes bakat” atau aptitude test. Tes
bakat ini sangat penting kedudukannya dalam bimbingan dan konseling, sekalipun
tes yang lain juga penting, terutama dalam hal bimbingan jabatan, untuk
menempatkan seseorang sesuai dengan bakat yang ada pada individu itu. Banyak
anak mengalami kegagalan disekolah karena apa yang dituntut memang kurang sesuai
dengan bakat yang ada padanya. Dengan tes ini, akan dapat terungkap bakat yang
ada pada individu itu.
Kalau tes digunakan untuk mengetahui kecepatan
testee dalam bekerja maka tes ini desebut speed test. Yang
diutamakan dalam tes ini ialah kecepatan kerjanya dalam waktu tertentu, sampai
sejauh mana prestasi yang dapat dicapai oleh individu yang bersangkutan.
Kalau tes digunakan untuk mengetahui
kemampuan individu didalam mengerjakan sesuatu maka tes ini disebut power
test. Dalam power test ini, soal waktu tidak begitu dipentingkan.
Yang penting ialah sampai sejauh mana kemampuan individu itu didalam
mengerjakan tes tersebut.kalau tes digunakan untuk mengetahui sampai sejauh
mana individu mampu dalam melakukan performance terhadap sesuatu yang
pernah diterimanya maka tes ini merupakan achievement test.
Sehubungan
dengan itu, Cronbach (1984: 31) mengungkapkan:
“since
one of the principle use of such a test is to evaluate performance of persons
who have been been giben training in the task these test are often referred to
as achievement tests”.
Disamping itu, masih ada pula tes
proyeksi. Dalam tes tersebut, testee yang sedang menghadapi tes akan
memproyeksikan dirinya kedalam tes. Dalam bimbingan dan konseling tes ini
sering digunakan, terutama apabila menghadapi klien yang mengalami
gangguan-gangguan pribadi dalam hal emosi. Misalnya, tes Rorschach (Ro) dan TAT
(Thematic Apperception Test). Dengan tes proyeksi ini, umumnya konselor dapat
mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat terungkap dengan metode-metode yang
lain. Misalnya, karena adanya suatu hal yang memalukan dan mungkin tidak akan
diutarakan oleh klien dalam wawancara maka hal itu akan terungkap dalam tes
proyeksi ini. [8]
C.
Pengertian
inventori
Alat Tes inventori adalah alat tes
psikologi yang berusaha mengungkap aspek kepribadian manusia. Dan biasanya Alat
tes inventori ini menggunakan kertas dan pencil. Tes inventori merupakan self
report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian,
minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Sebenarnya
alat ini biasa di gunakan di kalangan industri, untuk mendeskripsikan kondisi
kepribadian para karyawannya. Namun semakin hari karena pengetahuan semakin
erkembang dan alat tes psikologi inventori pun bisa digunakan untuk semua
kalangan yang bertujuan untuk mengungkap aspek-aspek kerpibadian.
Alat Tes inventori
sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat,
penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat
tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya
menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.
Pada dasrnya Alat tes invonteri terbagi
menjadai 3 jenis alat tes inventori , 3 jenis alat tes inventori tersebut
antara lain :
1.
Tes Inventori
kepribadian
a.
MMPI (minnesota Personality Inventory)
b.
CPI (california Psychological Inventory)
c.
PIC (Personality Inventory for Children)
d.
MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
f.
EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
g.
PRF (Personality Research Form)
h.
Jackson Personality Inventory
2.
Tes Inventory Minat
a.
SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)
c.
KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
e.
RM (The rothwell-Miller Interest Blank)
3.
Tes Inventori Nilai
a.
Study OF Value
D. Pengertian angket
Angket merupakan tehnik pemahaman siswa
yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi secara tertulis. Dalam angket
inipun juga dapat langsung maupun tidak langsung. Dan bentuk pertanyaan angket
dapat secara terbuka maupun tertutup.
Angket bisa digunakan untuk
mengungkapkan hal-hal bersifat umum maupun yang bersifat khusus.Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan angket yaitu :
v Pertanyaan-pertanyaan yang disusun hendaknya singkat, jelas, dan
tidak mengandung dua arti.
v Gunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa/responden.
v Tuangkan maksud dan tujuan pembicaraan angket itu, agar
siswa/responden tidak ragu-ragu menjawab
v Pengisian angket hendaknya diberikan pada waktu yang tepat.
Misalnya: untuk mmurid baru
Untuk keperluan layanan bimbingan dan
konseling data yang di peroleh melalui angket dapat dimasukan dalam buku pribadi
siswa. Menurut Moh. Surya (1975) beberapa keuntungan mempergunakan angket
sebagai tehnik pengumpulan data antara lain :
v Angket dapat dipergunakan untuk menyimpulkan data kepada sejumlah
responden dalam jumlah yang banyak dalamm waktuu yang siingkat
v Setiap responden menerima jumlah pertanyaan yang sama dengan angket
responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangannya.
v Responden mempunyai waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
v Dalam angket pengaruh subyektif
dapat dihindarkan.
Di samping keuntungan tersebut angket
mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
v Angket belum merupakan jaminan bahwa responden akan memberikan
jawaban yang tepat.
v Angket hanya terbatas kepada responden yang dapat membaca dan
menulis.
v Kadang kadang ada responden yang tidak bersedia mengisi angket.
v Pertanyaan yang diajukan dalam angket lebih bersifat terbatas,
sehingga ada hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak dapat terungkap..
Dengan memperhatikkan beberapa
kekurangan dalam pengunaan teknik angket maka, perlu kiranya pengambilan data
dengan angket hendaknya di pertimbangkan secara masak. [10]
E. Instrumentasi bimbingan dan
konseling
Selain yang sudah
dijelaskan diatas, masih banyak instrumentasi bimbingan dan konseling lainnya,
yaitu:
1.
Observasi
2.
Wawancara
3.
Pemeriksaan hasil belajar (legger)
4.
Sosiometri
5.
Buku induk siswa
6.
Analisis documenter (buku pribadi)
7.
Rekapitulasi presensi siswa
8.
Daftar pengungkap masalah (DPM)
9.
Pengungkapan kebiasaan belajar (PKB)
Ø Aplikasi instrumentasi untuk bimbingan pribadi
Kegiatan ini mencakup pengungkapan dan pengumpulan data yang
berkenaan dengan:
a.
Sikap, kebiasaan, dan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada
tuhan YME
b.
Kekuatan diri dan pengembangannya
c.
Bakat dan minat serta penyaluran dan pengembangannya
d.
Kelemahan diri dan penanggulangannya
e.
Pengarahan diri
f.
Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat
g.
Pengambilan keputusan
Ø Aplikasi instrumentasi untuk bimbingan sosial
Kegiatan ini
mencakup mengungkapkan dan pengumpulan data tentang:
a.
Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan menyampaikan pendapat
secara logis, efektif dan produktif
b.
Kemampuan bertingkah laku dengan menjunjung tinggi tata krama dan
nilai-nilai agama, adat-istiadat dan kebiasaan yang berlaku
c.
Hubungan dengan teman sebaya
d.
Pemahaman dan pelaksanaan disiplin
e.
Penyesuaian hidup berkeluarga dengan kondisi dan peraturan
disekolah
Ø Aplikasi instrumentasi untuk bimbingan belajar
Pengungkapan
dan pengumpulan data berkenaan dengan kemampuan dan kegiatan belajar siswa
tentang:
a.
Tujuan belajar dan latihan
b.
Sikap dan kebiasaan siswa
c.
Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif,
efisien, dan produktif
d.
Penguasaan materi pelajaran dan latihan/keterampilan
e.
Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik
f.
Orientasi belajar disekolah menengah
Ø Aplikasi instrumentasi untuk bimbingan karier
Kegiatan ini
meliputi pengungkapan dan pengumpulan data berkenaan dengan pilihan pekerjaan
dan pengembangan karier siswa, yaitu tentang:
a.
Pilihan dan latihan keterampilan
b.
Orientasi dan informasi lembaga-lembaga keterampilan sesuai dengan
pilihan pekerjaan dan arah pengembangan karier
c.
Orientasi dan informasi pekerjaan/karier dunia kerja dan upaya
memperoleh penghasilan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kegiatan bimbingan
dan konseling dapat dilaksanakan meskipun tanpa adanya instrument. Hal yang
sangat dibutuhkan dalam melakukan bimbingan dan konseling hanyalah keterampilan
pribadi yang dimiliki oleh konselor tersebut.
Tes adalah suatu metode
atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal,
pertanyan-pertanyaan, atau tugas-tugas yang telah terpilih dengan seksama dan
telah distandarisasikan. Ini berarti telah ada standar tertentu.
Beberapa macam tes
sesuai dengan dasar penggolongan atau klasifikasinya, yaitu:
a.
Berdasarkan
atas banyaknya orang yang dites (pada waktu mengerjakan tes), tes dapat
dibedakan:
v Tes individual (perorangan), yaitu tes yang diberikan secara
individual. Tester menghadapi testee seorang demi seorang seperti pada tes
Rorschach (Ro) dan tes Binet.
v Tes kelompok (group), yaitu tes yang diberikan secara kelompok,
misalnya tes AGCT (Army General Classification test), tes SPM, tes Kraeplin.
b.
Berdasarkan
atas peristiwa atau kemampuan jiwa yang ingin diselidiki, tes dapat dibedakan
antara lain tes pengamatan, tes perhatian, tes inteligensi, tes fantasi.
c.
Berdasarkan
atas caranya testee mengerjakan tugas-tugas, tes dapat dibedakan
menjadi:
v Tes bahasa (verbal), yaitu apabila testee didalam
mengerjakan tes itu menggunakan bahasa. Misalnya, tes Ro, tes Binet.
v Tes peraga (performance), yaitu apabila testee
didalam mengerjakan tes itu tidak menggunakan bahasa, cukup dengan menggunakan
perbuatan-perbuatan. Misalnya, tes balok, tes menggambar orang.
Alat Tes inventori
adalah alat tes psikologi yang berusaha mengungkap aspek kepribadian manusia.
Dan biasanya Alat tes inventori ini menggunakan kertas dan pencil. Tes
inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan
karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude),
dan nilai-nilai (value).
Pada dasrnya Alat tes
invonteri terbagi menjadi 3 jenis alat tes inventori, 3 jenis alat tes
inventori tersebut antara lain :
1.
Tes Inventori
kepribadian
v
MMPI (minnesota Personality Inventory)
v
CPI (california Psychological Inventory)
v
PIC (Personality Inventory for Children)
v
MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
v
EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
v
PRF (Personality Research Form)
v
Jackson Personality Inventory
2.
Tes Inventory Minat
v
CII (Strong-Campbell Interest Inventory)
v
KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
v
RM (The rothwell-Miller Interest Blank)
3.
Tes Inventori Nilai
v
Study OF Value
Angket merupakan tehnik
pemahaman siswa yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi secara tertulis.
Dalam angket inipun juga dapat langsung maupun tidak langsung. Dan bentuk
pertanyaan angket dapat secara terbuka maupun tertutup.Angket bisa digunakan
untuk mengungkapkan hal-hal bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
Selain
yang sudah dijelaskan diatas, masih banyak instrumentasi bimbingan dan
konseling lainnya, yaitu:
1.
Observasi
2.
Wawancara
3.
Pemeriksaan hasil belajar (legger)
4.
Sosiometri
5.
Buku induk siswa
6.
Analisis documenter (buku pribadi)
7.
Rekapitulasi presensi siswa
8.
Daftar pengungkap masalah (DPM)
9.
Pengungkapan kebiasaan belajar (PKB)
B. Saran
Semoga makalah yang penulis susun
ini, walaupun jauh dari sempurna dapat memberi manfaat dan menyempurnakan
wwawasan pembaca dalam bidang kajian “Instrumentasi
Bimbingan dan Konseling” untuk
itu kami mohon kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini.
2011. Teori Konseling. Bandung: Pustaka Jaya
Walgito, Bimo.
2010. Bimbingan + Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: CV. Andi
Offset
Wardati dan
Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Walgito, Bimo.
2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Sukardi, Dewa
Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: PT Rineka Cipta
http://eko 13.wordpress.com/2008/03/22/teknik-khusus-konseling/trackback/
[1]
Kartini Kartono. Teori Konseling. (Bandung: Pustaka Jaya, 2011). Hlm 110
[2]
Bimo Walgito. Bimbingan + Konseling (Studi dan Karier). (Yogyakarta: C.V
Andi Offset, 2010). Hlm 61
[3]
Wardati dan Mohammad Jauhar. Implementasi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011). Hlm 93
[4]
Ibid. Hlm 98
[5]
Bimo Walgito. Bimbingan + Konseling (Studi dan Karier). (Yogyakarta: C.V
Andi Offset, 2010). Hlm 88
[6]
Bimo Walgito. Bimbingan + Konseling (Studi dan Karier). (Yogyakarta: C.V
Andi Offset, 2010). Hlm 88-90
[7]
Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 20). Hlm 79
[8]
Bimo Walgito. Bimbingan + Konseling (Studi dan Karier). (Yogyakarta: C.V
Andi Offset, 2010). Hlm 91-92
[10] http://eko
13.wordpress.com/2008/03/22/teknik-khusus-konseling/trackback/
[11]
Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah.
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). Hlm 231-233
By : Siti F.M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar