PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teori Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah
aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh john Broadus Waston (1878-1958) yakni seorang ahli psikologi
Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Jadi, psikologi behaviorisme adalah ilmu
psikologi yang lebih menekan pada tingkah laku. Perspektif behaviorisme lebih berfokus pada
peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai teori tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dikendalikan.[1]
peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai teori tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dikendalikan.[1]
Waston berpendapat mengenai teoretikus behavioristik lainnya seperti Skinner
(1904-1990) meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan
genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional. Kalau Freud melihat bahwa tingkah laku
kita
dikendalikan oleh kekuatan yang tidak rasional, teoritikus behaviorisme
melihat kita sebagai hasil lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah
laku kita. Menurut teoristikus behaviorisme, manusia sepenuhnya adalah makhluk
reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor- faktor dari luar. Faktor lingkungan inilah yang
menjadi penentu terpenting tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini,
maka kepribadian individu menurut teori ini dapat dikembalikan kepada hubungan
individu dengan lingkungannya. Manusia datang didunia tidak membawa ciri-ciri
pada dasarnya baik-buruk akan tetapi netral. Dalam hal ini sesuai
dengan hadist mengenai fitrah manusia, yakni
:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّهُ كَانَ
يَقُوْلُ:
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ .عَلَى الْفِطْرَةِ مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ :قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ .عَلَى الْفِطْرَةِ مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ :قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
وَيُمَجِّسَانِهِ
Artinya, Hadis
riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani
maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak
tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?.[2]
Dari penjelasan diatas sangat berkaitan dengan teori behaviorisme yang
menyebutkan bahwa manusia datang didunia tidak membawa
ciri-ciri pada dasarnya baik-buruk akan tetapi netral sehingga tergantung orangtua yang memberi pola asuh
yang bagaimana kepada anak-anaknya.
Gagasan utama dalam aliran behaviorisme ini adalah untuk
memahami tingkah laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif, mekanistik
dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku diri seseorang dapat
dilakukan melalui pengondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku
seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku
yang tampak bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh. Menurut Waston adalah
tidak betanggung jawab atau tidak ilmiah mempelajari tingkah laku manusia
semata-mata atas kejadian subjektif, yakni kejadian-kejadian yang diperkirakan
terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.[3]
Pandangan teori behaviorisme telah cukup lama dianut oleh
para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviorisme. Program-program
pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul
dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan
stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
Skiner.[4]
Teori behaviorisme cenderung mengarahkan pembelajaran untuk
berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori
ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target
tertentu.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behaviorisme memang
tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
1.
Dampak
psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
2.
Hukuman
yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si
terhukum melakukan hal-hal lain yang kadang kala lebih buruk daripada kesalahan
yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai
penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya
terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang
muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya,
seorang dalam proses belajar ada pelatih atlit yang mengarahkan stimulus aversi
berupa para atlit harus
berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali bila pemain melakukan
kesalahan dalam latihan. Jika para atlit mampu berlatih sesuai instruksi
pelatih, maka keharusan mengelilingi lapangan tersebut dapat dikurangi
jumlahnya atau dihentikan. Dengan demikian respon yang benar dari para atlit
ditingkatkan atau dipelihara dengan penguatan negatif.. Lawan dari penguatan negatif
adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan
untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah,
sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.[5]
B. Sumbangsih
Sistem Psikologi Behaviorisme dalam Pendidikan
Berikut adalah sumbangsih yang diberikan psikologi behaviorisme
pada bidang pendidikan, antara lain :
1.
Psikologi
behaviorisme telah memberikan manfaat yang cukup berarti dalam perkembangan
dunia pendidikan dalam hal belajar dan motivasi.
2.
Psikologi
behaviorisme berhasil menyelesaikan perdebatan controversial antara
pendekatan-pendekatan mentalistik dan mekanistik terhadap tingkah laku manusia.
3.
Psikologi
behaviorisme banyak memberikan perhatian kepada semua bidang psikologi,
misalnya pada masalah emosi dan perilaku kanak-kanak.[6]
4.
Psikologi
behaviorisme telah memberikan metode baru dalam pengajaran yang terkenal dengan
belajar berpogram dan mencapai sukses diberbagai Negara.
5.
Psikologi
behaviorisme memandang penting pada lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
6.
Psikologi
behaviorisme percaya bahwa semua perilaku dipelajari dalam proses ineraksi yang konstan dengan lingkungan sekitar.
7.
Psikologi behaviorime
telah mengembangkan metode baru dalam teknik-teknik pelayanan pada para
penderita penyesuaian yang salah atau diebut dengan maladaptasi.dengan
demikian, psikologi behaviorisme tidak hanya bergerak dalam pendidikan
anak-anak yang sehat mentalnya, tetapi juga menangani anak-anak yang mengalami
kelainan-kelainan mental (dibidang
kesehatan mental dan bimbingan konseling).[7]
Sumbangasih psikologi
behaviorisme dalam pendidikan untuk siswa
adalah
a. Memberi
kesempatan seluasnya agar siswa mengembangkan diri secara potensi, pribadi,
sikap, berkembang menuju taraf yang lebih baik/sempurna.
b. Ada proses pemanusiaan manusia.
c. Siswa
memiliki peran, dan kedudukan dalam proses pembelajaran.
d. Proses
yang berlangsung adalah proses pembelajaran secara bertahap.
Sumbangsih psikologi
behaviorisme dalam pendidikan untuk pendidik antara lain :
1)
Para pendidik dapat
melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan alami untuk siswa berkembang lebih baik, dan juga dalam
proses belajar. Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting
ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal
yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap
secara fisiologis dan juga punya keinginan.
2)
Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator
yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengembangan
potensi. Penedekatan
behaviorisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan
yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang
mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan
atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam
pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
3)
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.[8]
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam
pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh john Broadus Waston (1878-1958) yakni seorang ahli
psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika.
Perspektif behavioral lebih berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan
tingkah laku manusia.
Sumbangsih yang diberikan psikologi behaviorisme pada
bidang pendidikan, antara lain :
1.
Psikologi
behaviorisme telah memberikan manfaat yang cukup berarti dalam perkembangan
dunia pendidikan dalam hal belajar dan motivasi.
2. Psikologi
behaviorisme berhasil menyelesaikan perdebatan controversial antara
pendekatan-pendekatan mentalistik dan mekanistik terhadap tingkah laku manusia.
3. Psikologi
behaviorisme banyak memberikan perhatian kepada semua bidang psikologi,
misalnya pada masalah emosi dan perilaku kanak-kanak.
4. Psikologi
behaviorisme telah memberikan metode baru dalam pengajaran yang terkenal dengan
belajar berpogram dan mencapai sukses diberbagai Negara.
5. Psikologi
behaviorisme memandang penting pada lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
6. Psikologi
behaviorisme percaya bahwa semua perilaku dipelajari dalam proses ineraksi yang konstan dengan lingkungan sekitar.
7. Psikologi
behaviorime telah mengembangkan metode baru dalam teknik-teknik pelayanan pada
para penderita penyesuaian yang salah atau diebut dengan maladaptasi.dengan
demikian, psikologi behaviorisme tidak hanya bergerak dalam pendidikan
anak-anak yang sehat mentalnya, tetapi juga menangani anak-anak yang mengalami
kelainan-kelainan mental (dibidang
kesehatan mental dan bimbingan konseling.
B. Saran
Setelah melakukan scharing
dalam pembahasan makalah ini diharapkan pembaca mampu menyerap wawasan dan
lebih memahami apa itu psikologi humanisme dan mampu menerapkan dan
mengaplikasi dalam kehidupan sehari-hari setelah mengetahui berbagai manfaat
atau sumbangsihnya dalam pendidikan.
Untuk penulis diharapkan mamapu menambah wawasan baru dengan
mengkaji lebih dalam mengenai perkembangan psikologi behaviorisme itu sendiri
dan mengaplikasikan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam dunia
pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Koeswara.2001.Teori Teori
Kepribadian.Bandung :Eresco.
Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian.Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Desmita. 2009.Psikologi
Perkembangan Peserta Didik.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Wales
Jimmy.22 april 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik. Hanum dan Laily (26 0ktober 2015)
Bell Gredler.1991 Belajar
dan Membelajarkan.Jakarta: CV. Rajawali.
Purwa Atmaja Prawira.
2013.Psikologi Pendidikan Dalam
Perspektif
Baru.Jokjakarta
: Ar-Ruzz Media.
[1] Desmita, psikologi perkembangan peserta
didik, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 44
[2]
Yusuf Al Hajj Ahmad,Seri Kemu`Jizatan
Al-Quran Dan Sunnah,(Yogyakarta: Sajadah-Press,2008),hlm 21
[3] Ibid, hlm 45
[4] Jimmy
Wales,22 april 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik,hanum (26 0ktober 2015)
[5] Gredler Bell, Belajar dan Membelajarkan,(Jakarta:
CV. Rajawali, 1991),hlm 22
[6]
Purwa Atmaja Prawira,psikologi pendidikan
dalam perspektif baru(Jokjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm 63
[7]
Ibid, hlm 64
Di susun oleh :
Hanum
Zakiyyatul Uma
NIM : 2014034020024
Qomariatul Laily
NIM :2014034020013
NIM : 2014034020024
Qomariatul Laily
NIM :2014034020013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar