Galeri

Jumat, 01 Januari 2016

MAKALAH TEORI PSIKOLOGI BEHAVIORISME DAN SUMBANGSIHNYA BAGI PENDIDIKAN


PEMBAHASAN

A.  Pengertian Teori Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh john Broadus  Waston (1878-1958) yakni seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Jadi, psikologi behaviorisme adalah ilmu psikologi yang lebih menekan pada tingkah laku. Perspektif behaviorisme lebih berfokus pada
peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai teori tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dikendalikan.[1]
Waston berpendapat mengenai teoretikus behavioristik  lainnya seperti Skinner (1904-1990) meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional. Kalau  Freud melihat bahwa tingkah laku kita dikendalikan oleh kekuatan yang tidak rasional, teoritikus behaviorisme melihat kita sebagai hasil lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku kita. Menurut teoristikus behaviorisme, manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor- faktor  dari luar. Faktor lingkungan inilah yang menjadi penentu terpenting tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini, maka kepribadian individu menurut teori ini dapat dikembalikan kepada hubungan individu dengan lingkungannya. Manusia datang didunia tidak membawa ciri-ciri pada dasarnya baik-buruk akan tetapi netral. Dalam hal ini sesuai dengan  hadist mengenai fitrah manusia, yakni :
  عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ:
 فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ .عَلَى الْفِطْرَةِ مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ :قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم 
وَيُمَجِّسَانِهِ
Artinya, Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?.[2] Dari penjelasan diatas sangat berkaitan dengan teori behaviorisme yang menyebutkan bahwa manusia datang didunia tidak membawa ciri-ciri pada dasarnya baik-buruk akan tetapi netral sehingga tergantung orangtua yang memberi pola asuh yang bagaimana kepada anak-anaknya.
Gagasan utama dalam aliran behaviorisme ini adalah untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif, mekanistik dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku diri seseorang dapat dilakukan melalui pengondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang tampak bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh. Menurut Waston adalah tidak betanggung jawab atau tidak ilmiah mempelajari tingkah laku manusia semata-mata atas kejadian subjektif, yakni kejadian-kejadian yang diperkirakan terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.[3]
Pandangan teori behaviorisme telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviorisme. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.[4]
Teori behaviorisme cenderung mengarahkan pembelajaran untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behaviorisme memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
1.      Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
2.      Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadang kala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang dalam proses belajar ada pelatih atlit yang mengarahkan stimulus aversi berupa para atlit harus berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali bila pemain melakukan kesalahan dalam latihan. Jika para atlit mampu berlatih sesuai instruksi pelatih, maka keharusan mengelilingi lapangan tersebut dapat dikurangi jumlahnya atau dihentikan. Dengan demikian respon yang benar dari para atlit ditingkatkan atau dipelihara dengan penguatan negatif.. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.[5]
B.  Sumbangsih Sistem Psikologi Behaviorisme dalam Pendidikan
Berikut adalah sumbangsih yang diberikan psikologi behaviorisme pada bidang pendidikan, antara lain :
1.    Psikologi behaviorisme telah memberikan manfaat yang cukup berarti dalam perkembangan dunia pendidikan dalam hal belajar dan motivasi.
2.    Psikologi behaviorisme berhasil menyelesaikan perdebatan controversial antara pendekatan-pendekatan mentalistik dan mekanistik terhadap tingkah laku manusia.
3.    Psikologi behaviorisme banyak memberikan perhatian kepada semua bidang psikologi, misalnya pada masalah emosi dan perilaku kanak-kanak.[6]
4.    Psikologi behaviorisme telah memberikan metode baru dalam pengajaran yang terkenal dengan belajar berpogram dan mencapai sukses diberbagai Negara.
5.    Psikologi behaviorisme memandang penting pada lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia.
6.    Psikologi behaviorisme percaya bahwa semua perilaku dipelajari dalam proses ineraksi   yang konstan dengan lingkungan sekitar.
7.    Psikologi behaviorime telah mengembangkan metode baru dalam teknik-teknik pelayanan pada para penderita penyesuaian yang salah atau diebut dengan maladaptasi.dengan demikian, psikologi behaviorisme tidak hanya bergerak dalam pendidikan anak-anak yang sehat mentalnya, tetapi juga menangani anak-anak yang mengalami kelainan-kelainan mental  (dibidang kesehatan mental dan bimbingan konseling).[7]
Sumbangasih psikologi behaviorisme dalam pendidikan untuk siswa  adalah
a.       Memberi kesempatan seluasnya agar siswa mengembangkan diri secara potensi, pribadi, sikap, berkembang menuju taraf yang lebih baik/sempurna.
b.       Ada proses pemanusiaan manusia.
c.       Siswa memiliki peran, dan kedudukan dalam proses pembelajaran.
d.      Proses yang berlangsung adalah proses pembelajaran secara bertahap.

Sumbangsih psikologi behaviorisme dalam pendidikan untuk pendidik antara lain :
1)      Para pendidik dapat  melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan alami untuk siswa berkembang lebih baik, dan juga dalam proses belajar. Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan.
2)      Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengembangan
potensi. Penedekatan behaviorisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
3)      Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.[8]






















BAB II
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh john Broadus  Waston (1878-1958) yakni seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif behavioral lebih berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia.
Sumbangsih  yang diberikan psikologi behaviorisme pada bidang pendidikan, antara lain :
1.      Psikologi behaviorisme telah memberikan manfaat yang cukup berarti dalam perkembangan dunia pendidikan dalam hal belajar dan motivasi.
2.  Psikologi behaviorisme berhasil menyelesaikan perdebatan controversial antara pendekatan-pendekatan mentalistik dan mekanistik terhadap tingkah laku manusia.
3.    Psikologi behaviorisme banyak memberikan perhatian kepada semua bidang psikologi, misalnya pada masalah emosi dan perilaku kanak-kanak.
4.    Psikologi behaviorisme telah memberikan metode baru dalam pengajaran yang terkenal dengan belajar berpogram dan mencapai sukses diberbagai Negara.
5.   Psikologi behaviorisme memandang penting pada lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia.
6.   Psikologi behaviorisme percaya bahwa semua perilaku dipelajari dalam proses ineraksi   yang konstan dengan lingkungan sekitar.
7.   Psikologi behaviorime telah mengembangkan metode baru dalam teknik-teknik pelayanan pada para penderita penyesuaian yang salah atau diebut dengan maladaptasi.dengan demikian, psikologi behaviorisme tidak hanya bergerak dalam pendidikan anak-anak yang sehat mentalnya, tetapi juga menangani anak-anak yang mengalami kelainan-kelainan mental  (dibidang kesehatan mental dan bimbingan konseling.

B.  Saran
Setelah melakukan scharing dalam pembahasan makalah ini diharapkan pembaca mampu menyerap wawasan dan lebih memahami apa itu psikologi humanisme dan mampu menerapkan dan mengaplikasi dalam kehidupan sehari-hari setelah mengetahui berbagai manfaat atau sumbangsihnya dalam pendidikan.
Untuk penulis diharapkan mamapu menambah wawasan baru dengan mengkaji lebih dalam mengenai perkembangan psikologi behaviorisme itu sendiri dan mengaplikasikan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam dunia pendidikan.



















DAFTAR PUSTAKA

Koeswara.2001.Teori Teori Kepribadian.Bandung :Eresco.

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian.Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Desmita. 2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wales Jimmy.22 april 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik. Hanum dan Laily (26 0ktober 2015)

Bell Gredler.1991 Belajar dan Membelajarkan.Jakarta: CV. Rajawali.

Purwa Atmaja Prawira. 2013.Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif
Baru.Jokjakarta : Ar-Ruzz Media.

yanielfimanurfitri . https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/author/nurfitriyanielfima/ hanum dan lely (26 0ktober 2015).













[1] Desmita, psikologi perkembangan peserta didik, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 44
[2] Yusuf Al Hajj Ahmad,Seri Kemu`Jizatan Al-Quran Dan Sunnah,(Yogyakarta: Sajadah-Press,2008),hlm 21
[3] Ibid, hlm 45
[4] Jimmy Wales,22 april 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik,hanum (26 0ktober 2015)
[5]  Gredler Bell, Belajar dan Membelajarkan,(Jakarta: CV. Rajawali, 1991),hlm 22
[6] Purwa Atmaja Prawira,psikologi pendidikan dalam perspektif baru(Jokjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm 63
[7] Ibid, hlm 64
[8] nurfitriyanielfima https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/author/nurfitriyanielfima/ hanum dan lely 26 0ktober 2015


Di susun oleh :

Hanum Zakiyyatul Uma
NIM  : 2014034020024 

Qomariatul Laily 
NIM :2014034020013

Tidak ada komentar: