Galeri

Minggu, 19 Oktober 2014

KEKERASAN DALAM PACARAN (KDP)

marianofaola.files.wordpress.com

Pacaran adalah satu hubungan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan menuju jenjang yang lebih jauh yaitu pernikahan. Pacaran sesungguhnya merupakan suatu hubungan yang saling memberi. Maka kedua pihak memiliki harapan yang sama untuk menerima perhatian dan kasih sayang dari pasangannya. Hubungan pacaran yang sehat seharusnya membuat kedua pihak sama-sama berkembang dan merasa nyaman.

Ketika paksaan terjadi, hanya salah satu pihak yang berkembang atau mendominasi. Sementara pihak lain merasa tertekan, tidak nyaman dan
bahkan tidak bisa menjadi dirinya sendiri, itu tanda-tanda ada kekerasan dalam berpacaran.

Pada umumnya, sangat sedikit masyarakat yang tahu adanya kekerasan yang terjadi dalam pacaran, karena sebagian besar menganggap bahwa masa pacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah. Ini adalah salah satu bentuk ketidaktahuan masyarakat akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban mengenai kekerasan dalam pacaran tersebut.

Remaja dinilai menjadi kelompok Yang rentan menjadi korban kekerasan. Pasalnya di usia gairah sedang meningkat dan dapat mendorong orang untuk mengartikan kasih sayang ke hal yang salah.

Adalah suatu tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin (umumnya) yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.

Kekerasan Dalam Pacaran yang sebagian besar korbannya adalah perempuan ini sering diakibatkan adanya ketimpangan antara laki-laki dan perempuan yang dianut oleh masyarakat luas pada umumnya. Perempuan menurut pandangan laki-laki biasanya dianggap sebagai makhluk yang lemah, penurut, pasif, sehingga menjadi alasan utama terjadinya perlakuan yang semena-mena.

Kekerasan Dalam Pacaran yang sering terjadi secara rinci adalah sebagai berikut:
  1. Kekerasan Dalam Pacaran Dari segi fisik misalnya Memukul, menggigit, mencubit, menendang, menjambak rambut, mendorong sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik, membakar bagian tubuh/menyundut dengan rokok, atau dengan sengaja mengajak seseorang ke tempat yang membahayakan keselamatan. Ini biasanya dilakukan karena tidak mau menuruti kemauannya atau dianggap telah melakukan kesalahan.
  2. Kekerasan Dalam Pacaran Dari segi ekonomi, kekerasan juga bisa terjadi. Misalnya, ada pacar yang sering meminjam uang atau barang tanpa pernah mengembalikan, bisa berupa pemerasan atau pemaksaan untuk memenuhi kebutuhan pasangan, mungkin untuk pertama kali mentraktir makan atau membelikan perlengkapan dirasa lazim dan itu merupakan suatu bentuk perhatian kepada pasangan, namun apabila sudah terjadi permintaan pemenuhan secara terus menerus dan perasaan korban sudah tidak nyaman serta terbebani hal itulah yang disebut kekersan dalam bidang ekonomi dalam pacaran.
  3. Kekerasan Dalam Pacaran Dari segi psikologis misalnya bila pacar suka menghina Anda, selalu menilai kelebihan orang lain tanpa melihat kelebihan Anda, cemburu yang berlebihan dan lain sebagainya. Bentuk kekerasan ini biasanya jarang disadari, karena memang wujudnya tidak kelihatan. Namun sebenarnya, kekerasan ini justru akan menimbulkan perasaan tertekan, tidak bebas dan tidak nyaman. Bentuk kekerasan non fisik ini berupa pemberian julukan yang mengandung olok-olok, membuat seseorang jadi bahan tertawaan; mengancam, cemburu yang berlebihan, membatasi pasangannya untuk melakukan kegiatan yang disukai, pemerasan, mengisolasi, larangan berteman, caci maki, larangan berdandan, larangan bersikap ramah pada orang lain dan sebagainya.
  4. Kekerasan Dalam Pacaran Dari segi seksual adalah pacar yang memaksa melakukan hubungan seksual, pemerkosaan, pelecehan seksual (rabaan, ciuman, sentuhan) tanpa persetujuan. Perbuatan tanpa persetujuan atau pemaksaan itu biasanya disertai ancaman akan ditinggalkan, akan menyengsarakan atau ancaman kekerasan fisik.
Hal klasik yang sering mucul dalam kasus kekerasan dalam pacaran adalah perasaan menyalahkan diri sendiri dan merasa “pantas” diperlakukan seperti itu. Pikiran seperti “ah mungkin karena saya memang kurang cantik, sehingga dia sebel”, atau “ mungkin karena saya kurang perhatian sama dia” , “ mungkin karena saya kurang sabar” dan lain lain, sehingga dia jadi “ketagihan” merendahkan dan melakukan terus kekerasan dalam pacaran terhadap pasangannya.

Menghadapi kekerasan dalam pacaran seringkali lebih sulit bagi kita, karena anggapan bahwa orang pacaran pasti didasari perasaan cinta, simpati, sayang dan perasaan perasaan lain yang positif. Sehingga kalau pacar kita marah marah dan membentak atau menampar kita, kita pikir karena dia memang lagi capek, lagi kesel, bad mood atau mungkin karena kesalahan kita sendiri, sehingga dia marah.

Umumnya para remaja korban kekerasan tidak menceritakan kepada pihak yang berwenang tentang masalah ini, bahkan kepada orang tuanya. Korban dan pelaku biasanya selalu berusaha menutupi fakta yang ada dengan berbagai cara atau dalih, walaupun terkadang tanpa sengaja terungkap. Jika situasi dan keadaan sudah sangat parah (misalnya luka-luka fisik sudah tidak bisa ditutupi), biasanya korban terpaksa meminta bantuan pihak medis dan atau melaporkan kepada pihak berwajib.

Kasus kekerasan yang tidak dilaporkan biasanya karena :
  1. Korban merasa takut akibat ancaman oleh pacar,
  2. Iba sebab pelaku memohon maaf sedemikian rupa, setelah melakukan kekerasan, sehingga korban percaya bahwa pelaku benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi,
  3. Korban merasa mampu merubah kebiasaan pelaku yang melakukan kekerasan,
Yang patut diketahui adalah bahwa kekerasan, apapun bentuknya, adalah suatu hal yang akan mengakar dan akan terjadi berulang. Sikap menyesal dan pernyataan maaf yang dilakukan pelaku adalah suatu fase “reda” dari suatu siklus. Biasanya setelah fase ini, pelaku akan tampak tenang, seolah-olah telah berubah dan kembali bersikap baik. Jika suatu saat timbul konflik yang menyulut emosi pelaku, maka kekerasan akan terjadi lagi.

Oleh karena itu, sebesar apapun cinta yang kita rasakan pada mereka yang melakukan kekerasan, tetap saja kita tidak dapat membiarkan hal ini terjadi. Kekerasan adalah suatu hal yang harus kita laporkan, dengan demikian si pelaku dapat mendapatkan penanganan yang tepat (konseling dan terapi). Karena dengan mendiamkan atau tidak melaporkan kekerasan yang terjadi, baik yang kita alami maupun yang dialami oleh teman kita, sama saja artinya kita membiarkan kekerasan itu terjadi, dan hal itu tentu bukan suatu hal yang kita ingini. Tidak pada mereka, tidak pada diri kita.

Ditulis oleh : Dra. Titin Swastinah, M.Si., M.M (Ka. Prodi. Bimbingan dan Konseling)

Referensi
 
http://www.antaranews.com/berita/1282318658/psikolog-remaja-perlu-waspadai-kekerasan-dalam-pacaran

http://forum.detik.com/showthread.php?t=46500




Tidak ada komentar: